Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
Desa PRIMA GUMREGAH, Putat, Kabupaten Gunungkidul, 22 Mei 2024, jam 09.00-11.00
Oleh:
Prof. Dr. apt. Trimurti Andayani., SpFRS
Prof. Dr. apt. Dyah Aryani Perwitasari., Ph.D
Pada hari Kamis, tanggal 22 Mei2024 telah dilaksanakan pengabdian kepada masyarakat oleh Ikatan Farmakologi (IKAFARI) cabang Yogyakarta di DESA PRIMA GUMREGAH Desa Putat, Kabupaten Gunungkidul. Penabdian kepada masyarakat ini berlokasi di Balai Desa Putat. Topik : Pencegahan Stunting. Acara dibuka oleh sambutan dan pendahuluan oleh Ketua PKK setempat didampingi oleh Koordinator DESA PRIMA Gumregah. Seperti kita ketahui, Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kantong stunting di Indonesia, untuk itu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pencegahan stunting merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kejadian stunting di Kabupaten Gunungkidul. Mencegah stunting sejak dini, memerlukan kerja sama dari berbagai pihak, seperti pihak sekolah, puskesmas, orang tua dan masyarakat. Pencegahan stunting yang dilakukan sejak masa remaja (remaja putri) diharapkan mampu menghasilkan generasi muda yang berkualitas. Generasi muda diharapkan menjadi generasi penerus bangsa yang mampu menciptakan masyarakat yang lebih maju dan sejahtera. Seorang ibu diharapkan mempunyai peran besar dalam menciptakan generasi muda yang lebih sehat dan cerdas, minimal di lingkungan keluarganya.
Dalam pemaparannya, Prof. Trimurti menyampaikan tentang definisi stunting, dampak stunting, penyebab stunting, serta usaha pencegahan stunting sejak dini. Selanjutnya pengertian anemia, serta tanda-tanda yang muncul pada anak dan rematri jika mengalami anemia. Prevalensi anemia cukup tinggi pada kelompok usia 15-24 tahun, 65-74 tahun dan > 75 tahun. Dampak anemia cukup signifikan, dari penurunan imunitas, penurunan konsentrasi belajar dan produktivitas, risiko anemia saat melahirkan, kelahiran bayi premature dan berat badan bayi lahir rendah. Dengan adanya dampak tersebut, maka pemberian tablet tambah darah pada rematri dilakukan sejak usia 12-18 tahun, 1 tablet/ minggu selama 52 minggu. Selain anjuran konsumsi tablet tambah darah, berbagai macam usaha perlu dilakukan, antara lain mengatasi penyebab anemia dan tunting secara tidak langsung, antara lain meningkatkan ketahanan pangan keluarga, memperbaiki pola asuh-pola makan keluarga dan memperbaiki pelayanan kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan.
Dari hasil pengukuran pengetahuan dari 30 20 peserta, diperoleh skor pengetahuan mengenai anemia adalah 8 pada skala 0-12. Akan tetapi mayoritas dari peserta tidak memberikan tablet tambah darah kepada rematri di keluarganya pada usia 12-18 tahun. Hal ini tentu saja perlu menjadi perhatian, karena risiko kejadian anemia yang akan terjadi. Berdasarkan hasil diskusi, para peserta berharap ada program dari pemerintah sebagai usaha mencegah anemia pada rematri. Beberapa peserta juga menanyakan pentingnya pencegahan anemia sejak bayi, sesuai anjuran WHO, bahwa pemberian suplemen tambah darah perlu diberikan sejak usia 6-59 bulan.
Prof Dyah memberikan informasi tambahan mengenai perilaku remaja, terutama yang terkait dengan komsumsi makanan. Pentingnya menghindari konsumsi teh setelah makan dapat membantu menghindari kejadian anemia pada remaja putribahwa dalam penggunaan tablet tambah darah, terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yaitu kepatuhan mengkonsumsi dan mengatasi efek samping yang mungkin terjadi, yaitu mual-muntah dan konstipasi. Untuk mengatasi hal tersebut, cara minum tablet tambah darah adalah sesudah makan dan konstipasi dapat dibatasi dengan memperbaiki pola makan dengan makanan berserat tinggi.
Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta antara lain terkait dengan 1) bagaimana memperbaiki perilaku remaja putri terkait dengan konsumsi makanan yang baik dan kepatuhan minum tablet tambah darah, 2) hal apa saja yang harus dilakukan jika kita sudah terlanjut stunting dan 3) mengapa bayi yang lahir normal bisa terdiagnosa stunting beberapa bulang ke depan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut direspon dengan baik oleh kedua narasumber, Kedua narasumber juga memotivasi peserta untuk lebih peduli terhadap lingkungan, terutama jika mungkin ada tetangga yang berpotensi terkena stunting.